UPACARA DAUR
HIDUP DAN PERALATANNYA
“MOLABOT KANDUNGAN”

Upacara – upacara untuk
menandai tahap – tahap perkembangan
ataupun pertumbuhan hidup
Suku Saluan antara
lain : Molabot
kandungan, masa kelahiran,
momposawe tojang, Monsaluk, Mompopeja, Monggisil, Kawin
dan Meninggal, namun disini
Penulis hanya membahas
Upacara Molabot Kandungan.
Upacara Molabot
Kandungan pada hakekatnya
adalah upacara menjemput
kandungan pada seorang
ibu hamil, ketika
umur kehamilan telah
menjelang 6 atau 7 bulan. Pelaksanaan
upacara ini biasa
dilaksanakan pada malam
ke 14 atau 15 bulan
dilangit, dengan waktu
pelaksanaan pada pagi
hari atau matahari
sementara naik ke titik
kulminasi.
Sejak mulai
dirasakannya pertumbuhan janin
dalam rahim oleh
seorang calon ibu
maka sejak itu
pulalah penerapan sistim
pengetahuan dan kepercayaan
yang diwarisi dari
keluhurannya dan menentukan berbagai
pola tingkah laku
tertentu. Selama kehamilan, seorang
ibu harus selalu
waspada terhadap berbagai
roh jahat dan
orang – orang tertentu yang
dapat menjelma berbagai
hewan tertentu yang
dapat membahayakan jiwa
dan keselamatannya. Perlindungan
dari berbagai gangguan
seperti yang disebut
diatas biasanya dengan
membawa bawang merah
atau benda tajam,
sekalipun dalam bentuk
yang kecil seperti
jarum.
Cuaca jelek
seperti mendung dan
hujan serta malam
hari merupakan waktu – waktu
berkeliarannya roh – roh jahat
sehingga pada waktu
tersebut pantang bagi
ibu hamil untuk
keluar rumah, dan
jika harus terpaksa
maka harus memakai
tutup kepala dan
membawa api atau
lombok yang dibakar,
yang kesemuanya itu
dianggap mampu mengusir
roh – roh jahat. Disamping
itu, dikenal pula
berbagai macam pantangan
dan keharusan yang biasa
disebut Undam-undam, seperti
pantangan : tidak boleh
kikir, mencela, makan sayur
biot, gedi, oti, jantung
pisang, bokulu, dsb.
Demikian
pula
keharusan yang senantiasa
dilaksanakan seperti : melonggarkan rambut, membuka pintu,
makan pada piring
kecil, mencuci piring
sendiri, makan pada
piring sedikit kebawah
kolong dan makan
sayur hongohut dan sebagainya.
Pelanggaran terhadap
pantangan dan kurang
melaksanakan anjuran dapat
mengakibatkan kesukaran –
kesukaran selama kehamilan
dan waktu melahirkan.
Penyakit yang disebabkan
roh – roh jahat dapat
meliputi Mototuang (hilang
akal) dan kabukon
(keguguran)
Puncak upacara
molabot kandungan dipimpin
oleh seorang yang
dianggap telah mampu berhubungan dengan
Tuhan ataupun kepada
penguasa alam. Atau
dapat mohondawit. Tatacara
dan bahan – bahan serta
peralatan yang dipersiapkan
oleh pemimpin upacara
dengan cermat.
1. Bahan -
bahan yang disiapkan
meliputi :
v Popos
( pinang)
v Mayang
pinang ( bunga pinang)
v Daun
pucuk muda
v Bunga
melati
v Bunga
cempaka
2. Peralatan yang
digunakan pada pokoknya hanyalah
dulang sitengke (dulang berkaki)
dan mangkuk putih.
Bahan yang berupa popos, pucuk, melati, cempaka
dimasukkan dalam mangkuk putih
yang berisi air
jernih, Setelah semuanya
siap, maka pemimpin
uapacara membacakan mantra
dan do’a -do’a kepada
pelaksana upacara, lalu
air bunga melati
dan cempaka dalam
mangkuk putih dipercikkan
dan diusapkan pada
perut sang ibu
berulang – ulang yang diikuti
dengan mantra -
mantranya.
Arti
dari bahan yang
digunakan dalam upacara
molabot kandungan ini meliputi
:
Ø Popos, melambangkan
sebagai anak yang
kelak lahir dari
ibunya, terbungkus dengan
kokoh dan rapi
seperti mayang pinang,
yang akan mekar
dan membawa keharuman
Ø Daun pucuk
dilambangkan sebagai pelindung
keselamatan bagi bayi
kelak dikemudian hari.
Ø Bunga cempaka
dan melati melambangkan
kehidupan yang harum
semerbak dalam lindunganNYA
dimasa – masa yang akan datang.
Dengan
melihat dan menelaah
tatacara dan jiwa
yang melandasi upacara
ini, maka sangat
dirasakan bahwa tujuan
upacara ini setidaknya
memberikan kekuatan phisik
dan psykis kepada
ibu hamil yang
tidak lama lagi akan
menghadapi perjuangan antara
hidup dan mati
pada waktu melahirkan
bayinya.
Upacara Daur
hidup suku Saluan
sebagaimana diuraikan diatas
didominasi oleh emosi
keagamaan yang berarti
pula bahwa upacara
ini merupakan aktivitas
yang bertujuan pokok
untuk memenuhi kebutuhan
atau dorongan naluri untuk
berbakhti kepada kekuatan – kekuatan yang
berada diluar jangkauan
akalnya yang terwujud
dalam bentuk Religi.
DAFTAR PUSTAKA
1995/1996,
Upacara Daur Hidup Suku Saluan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Bagian
Proyek pembinaan permeseuman, Sulawesi tengah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar